Kamis, 29 November 2012

Konstruksi Tahan Gempa


Apakah bangunan tanggap gempa itu?
Bagaimana cara membangunnya?
Berapa biaya yang dibutuhkan?
Barangkali pertanyaan tersebut sekarang lagi populer di masyarakat. Secara harfiah, kata tanggap berarti peduli. Disini tercipta dialog-dialog, interaksi antara bangunan dan alam dimana bangunan itu didirikan. Diharapkan dari dialog ini ada kesepahaman antara keduanya, sehingga dapat saling berdampingan dan bersahabat. Sekarang masyarakat Sedikit demi sedikit telah melek atau peduli bagaimana membangun bangunan yang "peduli gempa atau paling tidak, beresiko kecil ketika getaran gempa menerpa bangunan. Mungkin ini salah satu dari hikmah bencana yang baru saja berlalu.
Bangunan tanggap gempa merupakan sebuah bangunan yang  dapat mengakomodasi gaya gempa yang terjadi, baik gaya vertikal, horisontal maupun diagonal. Penulis sengaja tidak memberikan contoh-contoh bentuk atau modelbangunan tanggap gempa, karena khawatir hal ini akan malah menjadi kontra produktif. Tawaran diskusi akan mengarah kepada prinsip-prinsip bangunan tahan gempa, selanjutnya bentuk dan eksekusi metoda membangun diserahkan kepada masyarakat. Diharapkan peran masyarakat akan mendapat ruang yang cukup untuk mengekspresikan citra dan bentuk rumah dan lingkungannya.
Prinsip tectonic of the frame and stereotomic of compressive mass dapat diterapkan. Artinya, bahan bangunan yang berkarakter berat cenderung diletakan dibawah dan bahan bangunan yang bersifat ringan dapat di letakkan diatasnya. Ini adalah prinsip dasar "keseimbangan". Penggunaan bahan yang ringan selain mengurangi beban bangunan juga ketika "terpaksa" roboh karena gempa tidak terlalu melukai penghuni atau pengguna bangunan.
Setelah bentuk bangunan dirancang, maka dibangunlah sebuah rumah tanggap gempa. Pastikan bahwa komponen-komponen bangunan lengkap. Kalau dianalogikan dengan manusia, maka sebuah bangunan harus memiliki kaki, tubuh dan kepala. Kaki bangunan adalah pondasi, tubuhnya adalah dinding termasuk kolom dan kepalanya atap. Hal yang krusial adalah tentang sambungan antar komponen antara pondasi dengan kolom, kolom dengan atap dan kesatuan antar kolom dengan sloof dan balok cincin ( ring balk). Sambungan ini harus benar-benar terkait satu sama lain untuk memastikan kesatuan bangunan, sehingga bila terjadi gempa dapat stabil. Kemudian sambungan antar elemen, baik menggunakan bahan kayu, bambu, beton atau mungkin baja, untuk dipastikan sambungan terkait erat dan kokoh.
Bentuk bangunan tanggap gempa bukanlah dogma yang harus sama dan seragam. Dengan memberdayakan bahan-bahan lokal, mengajak partisipasi masyarakat serta adanya pendampingan terhadap teknik dan metode membangun diharapkan tercipta bangunan yang homy, lokal dan tanggap gempa.

0 komentar:

Posting Komentar